Prosedur pemeriksaan laboratorium
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian
dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang
dilaksanakan secara tim, perawat melakukan fungsi kolaboratif
dalam memberikan tindakan.
Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu :
Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu :
1. Faktor Pra instrumentasi : sebelum dilakukan pemeriksaan.
2. Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan ( analisa ) sample.
3. Faktor Pasca instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan.
Pada tahap prainstrumentasi sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas , pasien dan dokter. Karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu /mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :
1. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.
2. Persiapan penderita.
3. Persiapan alat yang akan dipakai.
4. Cara pengambilan sample.
5. Penanganan awal sampel ( termasuk pengawetan ) & transportasi.
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi tentang klien, penyakit, dan kebutuhan klien serta meningkatkan kemampuan dalam penyusunan dan penyajian laporan sesuai dengan pengalaman nyata dilapangan serta melaksanakan pendokumentasian hasil pemeriksaan klien.
1.2.2. Tujuan Khusus
1.2.2.1. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan laboratorium pada pasien yang berkunjung ke Puskesmas Panarung Palangka Raya.
1.2.2.2. Mahasiswa mampu mendokumentasikan hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien yang berkunjung di pelayanan kesehatan Puskesmas Panarung Palangka Raya.
1.2.2.3. Mahasiswa mampu mengindentifikasi kesenjangan yang terjadi antara teori dengan pelaksanaan pemeriksaan dan pendokumentasian pemeriksaan laboratorium.
1.3. Batasan masalah
Pada laporan ini hanya membahas tentang pengertian, tujuan, prosedur pemeriksaan dan hasil pemeriksaan laboratorium.
1.4. Metode Penulisan
1.4.1. Metode Pembuatan Laporan Studi Kasus
Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pemaparan kasus menggunakan pendekatan proses keperawatan.
1.4.2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dengan cara wawancara dan observasi hasil pemeriksaan fisik dan anamnesa perawat dan dokter.
1.3.3. Metode kepustakaan dan Internet
Pengumpulan data tentang prosedur dan tujuan pemeriksaan laboratorium diambil dari buku – buku dan situs website di internet.
2. Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan ( analisa ) sample.
3. Faktor Pasca instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan.
Pada tahap prainstrumentasi sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas , pasien dan dokter. Karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu /mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :
1. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.
2. Persiapan penderita.
3. Persiapan alat yang akan dipakai.
4. Cara pengambilan sample.
5. Penanganan awal sampel ( termasuk pengawetan ) & transportasi.
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi tentang klien, penyakit, dan kebutuhan klien serta meningkatkan kemampuan dalam penyusunan dan penyajian laporan sesuai dengan pengalaman nyata dilapangan serta melaksanakan pendokumentasian hasil pemeriksaan klien.
1.2.2. Tujuan Khusus
1.2.2.1. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan laboratorium pada pasien yang berkunjung ke Puskesmas Panarung Palangka Raya.
1.2.2.2. Mahasiswa mampu mendokumentasikan hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien yang berkunjung di pelayanan kesehatan Puskesmas Panarung Palangka Raya.
1.2.2.3. Mahasiswa mampu mengindentifikasi kesenjangan yang terjadi antara teori dengan pelaksanaan pemeriksaan dan pendokumentasian pemeriksaan laboratorium.
1.3. Batasan masalah
Pada laporan ini hanya membahas tentang pengertian, tujuan, prosedur pemeriksaan dan hasil pemeriksaan laboratorium.
1.4. Metode Penulisan
1.4.1. Metode Pembuatan Laporan Studi Kasus
Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pemaparan kasus menggunakan pendekatan proses keperawatan.
1.4.2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dengan cara wawancara dan observasi hasil pemeriksaan fisik dan anamnesa perawat dan dokter.
1.3.3. Metode kepustakaan dan Internet
Pengumpulan data tentang prosedur dan tujuan pemeriksaan laboratorium diambil dari buku – buku dan situs website di internet.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian
Pemeriksan
laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus
dengan mengambil bahan/sample dari penderita, dapat berupa urine (air
kencing), darah, sputum (dahak), atau sample dari hasil biopsy
(www.dokter.indo.net.id.).
2.2. Tujuan
1. Mendeteksi penyakit
2. Menentukan risiko
3. Memantau perkembangan penyakit
4. Memantau pengobatan dan lain-lain
5. Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan potensial membahayakan
2.3. Prosedur pra Instrumentasi
Pada
tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas , pasien
dan dokter. Hal ini karena tanpa kerjasama yang baik akan mengganggu
/mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium menurut
www.dokter.indo.net.id.
Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :
1. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.
2. Persiapan penderita
3. Persiapan alat yang akan dipakai
4. Cara pengambilan sample
5. Penanganan awal sampel ( termasuk pengawetan ) & transportasi.
Pemahaman instruksi dan pengisian formulir
Pada
tahap ini perlu diperhatikan benar, apa yang diperintahkan oleh dokter
dan dipindahkan ke dalam formulir. Hal ini penting untuk menghindari
pengulangan pemeriksaan yang tidak penting, membantu persiapan pasien
sehingga tidak merugikan pasien dan menyakiti pasien. Pengisian formulir
dilakukan secara lengkap meliputi identitas pasien : nama, alamat /
ruangan, umur, jenis kelamin, data klinis / diagnosa, dokter pengirim,
tanggal dan kalau diperlukan pengobatan yang sedang diberikan. Hal ini
penting untuk menghindari tertukarnya hasil ataupun dapat membantu
intepretasi hasil terutama pada pasien yang mendapat pengobatan khusus
dan jangka panjang.
Persiapan penderita
Puasa
Dua jam
setelah makan sebanyak kira-kira 800 kalori akan mengakibatkan
peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume plasma
akan berkurang. Perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan
susunan kandungan bahan dalam plasma dan jumlah sel / µl darah.
Obat
Penggunaan
obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi misalnya : asam
folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian kortikosteroid akan
menurunkan jumlah eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan jumlah
leukosit dan trombosit. Pemberian transfusi darah akan mempengaruhi
komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan morfologi sediaan apus
darah tepi maupun penilaian hemostasis. Antikoagulan oral atau heparin
mempengaruhi hasil pemeriksaan hemostasis.
Waktu pengambilan
Umumnya
bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari tertutama pada
pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan menjadi
lebih pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya
rendah. Kecuali ada instruksi dan indikasi khusus atas perintah dokter.
Selain
itu juga ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu berhubung dengan
tingkat kegawatan pasien dan memerlukan penanganan segera disebut
pemeriksaan sito. Beberapa parameter hematologi seperti jumlah eosinofil
dan kadar besi serum menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat
dipengaruhi oleh waktu pengambilan. Kadar besi serum lebih tinggi pada
pagi hari dan lebih rendah pada sore hari dengan selisih 40-100 µg/dl.
Jumlah eosinofil akan lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai malam hari
dan lebih rendah dari tengah malam sampai pagi.
Posisi pengambilan
Posisi
berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10 % demikian pula
sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan penderita adalah
menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai sopan
santun atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya tidak
merasa asing atau menjadi obyek.
Persiapan alat
Dalam
mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu diperhatikan instruksi
dokter sehingga tidak salah persiapan dan berkesan profesional dalam
bekerja.
Pengambilan darah
Yang harus dipersiapkan antara lain :
kapas alkohol 70 %, karet pembendung (torniket) spuit sekali pakai
umumnya 2.5 ml atau 5 ml, penampung kering bertutup dan berlabel.
Penampung dapat tanpa anti koagulan atau mengandung anti koagulan
tergantung pemeriksaan yang diminta oleh dokter. Kadang-kadang
diperlukan pula tabung kapiler polos atau mengandung antikoagulan.
Penampungan urin
Digunakan
botol penampung urin yang bermulut lebar, berlabel, kering, bersih,
bertutup rapat dapat steril ( untuk biakan ) atau tidak steril. Untuk
urin kumpulan dipakai botol besar kira-kira 2 liter dengan memakai
pengawet urin.
Penampung khusus
Biasanya diperlukan pada
pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan khusus yang lain. Yang penting
diingat adalah label harus ditulis lengkap identitas penderita seperti
pada formulir termasuk jenis pemeriksaan sehingga tidak tertukar.
Cara pengambilan sample
Pada
tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan
pendekatan dengan pasien atau keluarganya sebagai etika dan sopan
santun, beritahukan apa yang akan dikerjakan. Selalu tanyakan identitas
pasien sebelum bekerja sehingga tidak tertukar pasien yang akan diambil
bahan dengan pasien lain. Karena kepanikan pasien akan mempersulit
pengambilan darah karena vena akan konstriksi. Darah dapat diambil dari
vena, arteri atau kapiler. Syarat mutlak lokasi pengambilan darah adalah
tidak ada kelainan kulit di daerah tersebut, tidak pucat dan tidak
sianosis. Lokasi pengambilan darah vena : umumnya di daerah fossa cubiti
yaitu vena cubiti atau di daerah dekat pergelangan tangan. Selain itu
salah satu yang harus diperhatikan adalah vena yang dipilih tidak di
daerah infus yang terpasang / sepihak harus kontra lateral.
Darah
arteri dilakukan di daerah lipat paha (arteri femoralis) atau daerah
pergelangan tangan (arteri radialis). Untuk kapiler umumnya diambil pada
ujung jari tangan yaitu telunjuk, jari tengah atau jari manis dan anak
daun telinga. Khusus pada bayi dapat diambil pada ibu jari kaki atau
sisi lateral tumit kaki.
a) Cara pengambilan darah kapiler :
dilakukan tindakan aseptic dengan alkohol 70 %, biarkan kering
lakukan tusukan dengan arah memotong garis sidik jari
tetesan pertama dibuang dengan menggunakan kapas kering
selanjutnya dapat diambil dengan menggunakan tabung kapiler.
b) Cara pengambilan darah vena :
Lakukan pembendungan dengan torniket
Dilakukan tindakan aseptic dengan alkohol 70 % dengan arah putaran melebar menjauhi titik tengah, biarkan kering
Ambil spuit dengan arah mulut jarum dan skala menghadap ke atas
Arah tusukan jarum membentuk sudut sekitar 10-30° terhadap permukaan kulit.
Bila sudah terkena venanya, isap pelan-pelan darah supaya tidak terjadi
hemolisis - cabut jarum, dengan sebelumnya melepas dan menekan daerah
tusukan.
Jarum dilepas kemudian alirkan darah ke dalam penampung melalui dinding penampung perlahan-lahan sehingga tidak hemolisis.
Bila penampung menggunakan antikoagulan segera campur darah dengan mengocok tabung seperti angka 8.
Untuk
pemeriksaan hematologi biasanya digunakan antikoagulan Na2EDTA /
K2EDTA, sedang untuk hemostasis digunakan Na sitrat 0.109 M. Jangan
melakukan pembendungan terlalu lama karena akan terjadi perubahan
komposisi plasma karena terjadi hemokonsentrasi, selain itu pada darah
kapiler jangan menekan-nekan ujung jari karena akan terbawa cairan
jaringan.
c) Cara pengambilan darah arteri :
Siapkan semprit yang telah dibasahi antikoagulan heparin steril
tanda-tanda pembuluh darah arteri /nadi adalah terabanya denyutan yang tidak ditemukan pada vena
bila
telah ditemukan arteri, lakukan tindakan asepsis dengan alkohol 70 %
dengan 2 jari telunjuk dan jari tengah lakukan fiksasi arteri tersebut
kemudian
lakukan tusukan / pungsi tegak lurus ( karena letaknya dalam ) sampai
terkena arteri tersebut. Bila arteri telah tercapai akan tampak darah
yang akan mengalir sendiri oleh tekanan darah ke dalam semprit yang
telah mengandung heparin. Cabut semprit dan segera ditutup dengan gabus
sehingga tidak terkena udara. Goyangkan semprit sehingga darah tercampur
rata dan tidak membeku. Tekan bekas pungsi dengan baik sampai tidak
tampak darah mengalir. Hal ini tidak sama dengan vena karena dengan vena
lebih mudah membeku daripada arteri.
Segera kirim ke laboratorium ( sito )
Perbedaan darah arteri dan vena :
1) Lokasi tusukan lebih dalam
2) Teraba denyutan yang tidak ada pada vena
3) Warna darah lebih merah terang dibandingkan vena
4) Darah akan mengalir sendiri ke dalam semprit.
Penanganan awal sampel & transportasi
Pada tahap ini sangat penting diperhatikan karena sering terjadi sumber kesalahan ada disini. Yang harus dilakukan :
1)
Catat dalam buku expedisi dan cocokan sampel dengan label dan formulir.
Kalau sistemnya memungkinkan dapat dilihat apakah sudah terhitung
biayanya (lunas).
2) Jangan lupa melakukan homogenisasi pada bahan yang mengandung antikoagulan
3) Segera tutup penampung yang ada sehingga tidak tumpah
4) Segera dikirim ke laboratorium karena tidak baik melakukan penundaan
5)
Perhatikan persyaratan khusus untuk bahan tertentu seperti darah arteri
untuk analisa gas darah, harus menggunakan suhu 4-8° C dalam air es
bukan es batu sehingga tidak terjadi hemolisis. Harus segera sampai ke
laboratorium dalam waktu sekitar 15-30 menit. Perubahan akibat
tertundanya pengiriman sampel sangat mempengaruhi hasil laboratorium.
Sebagai contoh penundaan pengiriman darah akan mengakibatkan penurunan
kadar glukosa, peningkatan kadar kalium. Hal ini dapat mengakibatkan
salah pengobatan pasien. Pada urin yang ditunda akan terjadi pembusukan
akibat bakteri yang berkembang biak serta penguapan bahan terlarut
misalnya keton. Selain itu nilai pemeriksaan hematologi juga berubah
sesuai dengan waktu. Tabel berikut menggambarkan batas waktu maksimum
yang diijinkan :
- Kadar hemoglobin stabil
- Jumlah leukosit
< align="center">BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1. Data pasien
Nama : Ny. R
Umur : 38 tahun
Alamat : Jln. Meranti No. XX
Keluhan : badan terasa lemah, pusing, kalau berdiri terasa mau pingsan.
Hasil Pemeriksaan Laboratorium : Hb 9,6 gr/dL.
3.2. Prosedur Pemeriksaan
a) Penerimaan pasien
Menerima pasien di ruang laboratorium dan mempersilahkan pasien untuk duduk dihadapan pemeriksa.
Meminta status pengantar pasien dari dokter yang merujuk untuk pemeriksaan laboratorium.
Membaca pengantar pemeriksaan.
Menanyakan keluhan pasien.
Menanyakan Kartu Identitas Penduduk pasien, untuk tujuan pendokumentasian.
Mempersiapkan alat dekat pasien.
Memberitahukan pasien bahwa prosedur memerlukan pengambilan sample
darah dengan menggunakan spuit 3 cc, dan jarum akan ditusukan pada
pembuluh darah di tangan pasien.
Membebaskan area yang akan di ditusukkan jarum suntik dari kain/lengan baju, meluruskan tangan pasien diatas meja pemeriksa.
Pemeriksa mencuci tangan.
Selanjutnya masuk dalam prosedur tindakan pemeriksaan haemoglobin cara Sahli.
3.3. Prosedur pemeriksaan haemoglobin cara Sahli
3.4. Pendokumentasian
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1. Latar Belakang
Pada
pendahuluan telah dikemukakan bahwa pemeriksaan laboratorium merupakan
prosedur pemeriksaan khusus yang dilakukan pada pasien untuk membantu
menegakan diagnosis.
Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam
keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah
kesehatan yang dilaksanakan secara tim, perawat melakukan fugsi
kolaboratif dalam memberikan tindakan.
Hasil suatu pemeriksaan
laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan
penyakit serta menentukan prognosa daari suatu penyakit/keluhan pasien.
4.2. Tinjauan teori
Sekumpulan
pemeriksaan laboratorium yang dirancang untuk tujuan tertentu misalnya
untuk mendeteksi penyakit, menentukan risiko, memantau perkembangan
penyakit, memantau pengobatan, dan lain-lain. Mengetahui ada tidaknya
kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan potensial membahayakan.
Pemeriksaan
dasar yang juga merupakan proses General medical Check Up (GMC)
meliputi : Hematologi Rutin, Urine Rutin, Faeces Rutin, Bilirubin Total,
Bilirubin Direk, GOT, GPT, Fosfatase Alkali, Gamma GT, Protein
Elektroforesis, Glukosa Puasa, Urea N, HBsAg, Kreatinin, Asam Urat,
Cholesterol Total, Trigliserida, Cholesterol HDL, Cholesterol LDL-Direk.
Namun
pada pemeriksaan laboratorium Puskesmas terdapat perbedaan dengan teori
laboratorium Prodia yang merupakan laboratorium kesehatan swasta
terbesar di Indonesia dan merupakan pusat rujukan General Medical Check
Up (GMC) yang menggunakan pemeriksaan dengan teknologi yang cukup
canggih dan modern. Di Puskesmas pemeriksaan umumnya dilakukan secara
sederhana, meskipun demikian laboratorium puskesmas sudah dilengkapi
dengan peralatan yang memadai dengan dilengkapi tenaga pemeriksa yang
spesialis di bidang analis laboratorium, sehingga mutu hasil
pemeriksaanpun tidak perlu diragukan lagi.
4) Pemeriksaan urine
Derajat keasaman/pH
Protein
Bilirubin
Glukosa
HCG test/tes kehamilan
5) Pemeriksaan darah
Haemoglobin/Hb cara Sahli
Golongan darah
Widal
Malaria
6) Pemeriksaan sputum/dahak
BTA (basil tahan asam).
Dalam
pemeriksaan kesalahan pemeriksaan mungkin saja terjadi, sehingga akan
mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.Terdapat 3 faktor utama yang
dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu :
1) Faktor Pra instrumentasi : sebelum dilakukan pemeriksaan.
2) Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan ( analisa ) sample.
3) Faktor Pasca instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan.
4.3. Tinjauan Kasus
Nama : Ny. R
Umur : 38 tahun
Alamat : Jln. Meranti No. 138
Keluhan : badan terasa lemah, pusing, kalau berdiri terasa mau pingsan.
Hasil Pemeriksaan Laboratorium : Hb 9,6 gr/dL.
Dari
data di atas dapat di dilihat bahwa Ny. S dengan keluhan ; badan terasa
lemah, pusing, kalau berdiri terasa mau pingsan dicurigai menderita
anemia dan dengan dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil Hb
9,6 gr/dL dapat didefinisikan Ny. S menderita anemia.
Untuk
pencatatan dan pelaporan ditulis dalam buku pendokumentasian ruangan
laboratorium dan lembar pengantar pasien untuk diserahkan kembali kepada
dokter pemeriksa dengan tujuan terapi lanjutan atau pengobatan yang
tepat pada kebutuhan pasien saat itu.
Dengan hasil pemeriksaan
laboratorium inilah diagnosis dari keluhan – keluhan pasien ditegakkan,
sehingga terapi yang diberikan efektif dan efisien.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari pendahuhuluan, tinjauan teori tinjauan kasus dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1)
Pemeriksaan laboratorium merupakan prosedur pemeriksaan khusus yang
dilakukan pada pasien untuk membantu menegakan diagnosis.
2)
Sekumpulan pemeriksaan laboratorium yang dirancang untuk tujuan tertentu
misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan risiko, memantau
perkembangan penyakit, memantau pengobatan, dan lain-lain. Mengetahui
ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan potensial
membahayakan.
3) Di Puskesmas pemeriksaan umumnya dilakukan secara
sederhana, meskipun demikian laboratorium puskesmas sudah dilengkapi
dengan peralatan yang memadai dengan dilengkapi tenaga pemeriksa yang
spesialis di bidang analis laboratorium, sehingga mutu hasil
pemeriksaanpun tidak perlu diragukan lagi.
4) Pemeriksaan
laboratorium Puskesmas meliputi : Pemeriksaan urine (Derajat
keasaman/pH, Protein, Bilirubin, Glukosa, HCG test/tes kehamilan) ;
Pemeriksaan darah (Haemoglobin/Hb cara Sahli, Golongan darah, Widal,
Malaria) ; Pemeriksaan sputum/dahak (BTA/basil tahan asam).
5) Ny. S
dengan keluhan ; badan terasa lemah, pusing, kalau berdiri terasa mau
pingsan dicurigai menderita anemia dan dengan dilakukan pemeriksaan
laboratorium dengan hasil Hb 9,6 gr/dL dapat didefinisikan Ny. S
menderita anemia.
6) Setelah pemeriksaan dilakukan pendokumentasian
hasil pemeriksaan. Dokumentasi dibuat untuk pelaporan tindakan dan hasil
tindakan benar telah dilakukan. Dokumentasi dibuat untuk bahan laporan
pertanggungjawaban ruangan laboratorium puskesmas dan laporan hasil
pemeriksaan kepada dokter yang menrujuk pasien ke laboratorium.
Saran
5.2.1. Bagi institusi pendidikan.
Diharapkan agar mahasiswa mendapatkan bimbingan yang lebih mendalam
tentang fungsi dan peran mahasiswa perawat/perawat dalam proses
pemeriksaan laboratorium, batasan tindakan, dan prosedur kolaboratif
dalm pemeriksaan laboratorium.
5.2.2. Bagi institusi Puskesmas Panarung
Bagi institusi Puskesmas Panarung khususnya ruang laboratorium tetap
di tingkatkan mutu pelayanan kesehatan dan pendokumentasian data hasil
pemeriksaan kesehatan pasien, sehingga dapat menjadi tambahan
pengetahuan dan bimbingan bagi mahasiswa dilahan praktek dalam
melaksanakan proses keperawatan dan kolaboratif perawat dalam tindakan
pemeriksaan laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Alimul A. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.
Pusat LABKES. 1997. Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas. Jakarta : Dit. Jen Binkesmas.
www.dokter.indo.net.id
www.prodia.co.id