Prosedur pemeriksaan laboratorium

0 komentar

Prosedur pemeriksaan laboratorium

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan   untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim, perawat melakukan         fungsi kolaboratif dalam memberikan tindakan.
Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa,   memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui         faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Terdapat 3 faktor utama yang         dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu :
       1. Faktor Pra instrumentasi : sebelum dilakukan pemeriksaan.
       2. Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan ( analisa ) sample.
       3. Faktor Pasca instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan.
       Pada tahap prainstrumentasi sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas , pasien        dan dokter. Karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu /mempengaruhi hasil        pemeriksaan laboratorium. Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :
1. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.
2. Persiapan penderita.
3. Persiapan alat yang akan dipakai.
4. Cara pengambilan sample.
5. Penanganan awal sampel ( termasuk pengawetan ) & transportasi.

1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi tentang klien, penyakit, dan kebutuhan klien serta meningkatkan kemampuan dalam penyusunan dan penyajian laporan sesuai dengan pengalaman nyata dilapangan serta melaksanakan pendokumentasian hasil pemeriksaan klien.


1.2.2. Tujuan Khusus
1.2.2.1. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan laboratorium pada pasien yang berkunjung ke Puskesmas Panarung Palangka Raya.
1.2.2.2. Mahasiswa mampu mendokumentasikan hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien yang berkunjung di pelayanan kesehatan Puskesmas Panarung Palangka Raya.
1.2.2.3. Mahasiswa mampu mengindentifikasi kesenjangan yang terjadi antara teori dengan pelaksanaan pemeriksaan dan pendokumentasian pemeriksaan laboratorium.

1.3. Batasan masalah
Pada laporan ini hanya membahas tentang pengertian, tujuan, prosedur pemeriksaan dan hasil pemeriksaan laboratorium.

1.4. Metode Penulisan
1.4.1. Metode Pembuatan Laporan Studi Kasus
Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pemaparan kasus menggunakan pendekatan proses keperawatan.
1.4.2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dengan cara wawancara dan observasi hasil pemeriksaan fisik dan anamnesa perawat dan dokter.
1.3.3. Metode kepustakaan dan Internet
Pengumpulan data tentang prosedur dan tujuan pemeriksaan laboratorium diambil dari buku – buku dan situs website di internet.

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian
Pemeriksan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan/sample dari penderita, dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), atau sample dari hasil biopsy (www.dokter.indo.net.id.).

2.2. Tujuan
1. Mendeteksi penyakit
2. Menentukan risiko
3. Memantau perkembangan penyakit
4. Memantau pengobatan dan lain-lain
5. Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan potensial membahayakan

2.3. Prosedur pra Instrumentasi
Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas , pasien dan dokter. Hal ini karena tanpa kerjasama yang baik akan mengganggu /mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium menurut www.dokter.indo.net.id.
Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :
1. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.
2. Persiapan penderita
3. Persiapan alat yang akan dipakai
4. Cara pengambilan sample
5. Penanganan awal sampel ( termasuk pengawetan ) & transportasi.

Pemahaman instruksi dan pengisian formulir
Pada tahap ini perlu diperhatikan benar, apa yang diperintahkan oleh dokter dan dipindahkan ke dalam formulir. Hal ini penting untuk menghindari pengulangan pemeriksaan yang tidak penting, membantu persiapan pasien sehingga tidak merugikan pasien dan menyakiti pasien. Pengisian formulir dilakukan secara lengkap meliputi identitas pasien : nama, alamat / ruangan, umur, jenis kelamin, data klinis / diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan kalau diperlukan pengobatan yang sedang diberikan. Hal ini penting untuk menghindari tertukarnya hasil ataupun dapat membantu intepretasi hasil terutama pada pasien yang mendapat pengobatan khusus dan jangka panjang.

Persiapan penderita
Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira-kira 800 kalori akan mengakibatkan peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume plasma akan berkurang. Perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan susunan kandungan bahan dalam plasma dan jumlah sel / µl darah.
Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi misalnya : asam folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian kortikosteroid akan menurunkan jumlah eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan jumlah leukosit dan trombosit. Pemberian transfusi darah akan mempengaruhi komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan morfologi sediaan apus darah tepi maupun penilaian hemostasis. Antikoagulan oral atau heparin mempengaruhi hasil pemeriksaan hemostasis.
Waktu pengambilan
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari tertutama pada pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan menjadi lebih pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah. Kecuali ada instruksi dan indikasi khusus atas perintah dokter.
Selain itu juga ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu berhubung dengan tingkat kegawatan pasien dan memerlukan penanganan segera disebut pemeriksaan sito. Beberapa parameter hematologi seperti jumlah eosinofil dan kadar besi serum menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat dipengaruhi oleh waktu pengambilan. Kadar besi serum lebih tinggi pada pagi hari dan lebih rendah pada sore hari dengan selisih 40-100 µg/dl. Jumlah eosinofil akan lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai malam hari dan lebih rendah dari tengah malam sampai pagi.
Posisi pengambilan
Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10 % demikian pula sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan penderita adalah menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai sopan santun atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya tidak merasa asing atau menjadi obyek.

Persiapan alat
Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu diperhatikan instruksi dokter sehingga tidak salah persiapan dan berkesan profesional dalam bekerja.
Pengambilan darah
Yang harus dipersiapkan antara lain : kapas alkohol 70 %, karet pembendung (torniket) spuit sekali pakai umumnya 2.5 ml atau 5 ml, penampung kering bertutup dan berlabel. Penampung dapat tanpa anti koagulan atau mengandung anti koagulan tergantung pemeriksaan yang diminta oleh dokter. Kadang-kadang diperlukan pula tabung kapiler polos atau mengandung antikoagulan.
Penampungan urin
Digunakan botol penampung urin yang bermulut lebar, berlabel, kering, bersih, bertutup rapat dapat steril ( untuk biakan ) atau tidak steril. Untuk urin kumpulan dipakai botol besar kira-kira 2 liter dengan memakai pengawet urin.
Penampung khusus
Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan khusus yang lain. Yang penting diingat adalah label harus ditulis lengkap identitas penderita seperti pada formulir termasuk jenis pemeriksaan sehingga tidak tertukar.

Cara pengambilan sample
Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan pendekatan dengan pasien atau keluarganya sebagai etika dan sopan santun, beritahukan apa yang akan dikerjakan. Selalu tanyakan identitas pasien sebelum bekerja sehingga tidak tertukar pasien yang akan diambil bahan dengan pasien lain. Karena kepanikan pasien akan mempersulit pengambilan darah karena vena akan konstriksi. Darah dapat diambil dari vena, arteri atau kapiler. Syarat mutlak lokasi pengambilan darah adalah tidak ada kelainan kulit di daerah tersebut, tidak pucat dan tidak sianosis. Lokasi pengambilan darah vena : umumnya di daerah fossa cubiti yaitu vena cubiti atau di daerah dekat pergelangan tangan. Selain itu salah satu yang harus diperhatikan adalah vena yang dipilih tidak di daerah infus yang terpasang / sepihak harus kontra lateral.
Darah arteri dilakukan di daerah lipat paha (arteri femoralis) atau daerah pergelangan tangan (arteri radialis). Untuk kapiler umumnya diambil pada ujung jari tangan yaitu telunjuk, jari tengah atau jari manis dan anak daun telinga. Khusus pada bayi dapat diambil pada ibu jari kaki atau sisi lateral tumit kaki.
a) Cara pengambilan darah kapiler :
 dilakukan tindakan aseptic dengan alkohol 70 %, biarkan kering
 lakukan tusukan dengan arah memotong garis sidik jari
 tetesan pertama dibuang dengan menggunakan kapas kering
 selanjutnya dapat diambil dengan menggunakan tabung kapiler.
b) Cara pengambilan darah vena :
 Lakukan pembendungan dengan torniket
 Dilakukan tindakan aseptic dengan alkohol 70 % dengan arah putaran melebar menjauhi titik tengah, biarkan kering
 Ambil spuit dengan arah mulut jarum dan skala menghadap ke atas
 Arah tusukan jarum membentuk sudut sekitar 10-30° terhadap permukaan kulit.
 Bila sudah terkena venanya, isap pelan-pelan darah supaya tidak terjadi hemolisis - cabut jarum, dengan sebelumnya melepas dan menekan daerah tusukan.
 Jarum dilepas kemudian alirkan darah ke dalam penampung melalui dinding penampung perlahan-lahan sehingga tidak hemolisis.
 Bila penampung menggunakan antikoagulan segera campur darah dengan mengocok tabung seperti angka 8.
Untuk pemeriksaan hematologi biasanya digunakan antikoagulan Na2EDTA / K2EDTA, sedang untuk hemostasis digunakan Na sitrat 0.109 M. Jangan melakukan pembendungan terlalu lama karena akan terjadi perubahan komposisi plasma karena terjadi hemokonsentrasi, selain itu pada darah kapiler jangan menekan-nekan ujung jari karena akan terbawa cairan jaringan.
c) Cara pengambilan darah arteri :
Siapkan semprit yang telah dibasahi antikoagulan heparin steril
tanda-tanda pembuluh darah arteri /nadi adalah terabanya denyutan yang tidak ditemukan pada vena
bila telah ditemukan arteri, lakukan tindakan asepsis dengan alkohol 70 % dengan 2 jari telunjuk dan jari tengah lakukan fiksasi arteri tersebut
kemudian lakukan tusukan / pungsi tegak lurus ( karena letaknya dalam ) sampai terkena arteri tersebut. Bila arteri telah tercapai akan tampak darah yang akan mengalir sendiri oleh tekanan darah ke dalam semprit yang telah mengandung heparin. Cabut semprit dan segera ditutup dengan gabus sehingga tidak terkena udara. Goyangkan semprit sehingga darah tercampur rata dan tidak membeku. Tekan bekas pungsi dengan baik sampai tidak tampak darah mengalir. Hal ini tidak sama dengan vena karena dengan vena lebih mudah membeku daripada arteri.
Segera kirim ke laboratorium ( sito )
Perbedaan darah arteri dan vena :
1) Lokasi tusukan lebih dalam
2) Teraba denyutan yang tidak ada pada vena
3) Warna darah lebih merah terang dibandingkan vena
4) Darah akan mengalir sendiri ke dalam semprit.

Penanganan awal sampel & transportasi
Pada tahap ini sangat penting diperhatikan karena sering terjadi sumber kesalahan ada disini. Yang harus dilakukan :
1) Catat dalam buku expedisi dan cocokan sampel dengan label dan formulir. Kalau sistemnya memungkinkan dapat dilihat apakah sudah terhitung biayanya (lunas).
2) Jangan lupa melakukan homogenisasi pada bahan yang mengandung antikoagulan
3) Segera tutup penampung yang ada sehingga tidak tumpah
4) Segera dikirim ke laboratorium karena tidak baik melakukan penundaan
5) Perhatikan persyaratan khusus untuk bahan tertentu seperti darah arteri untuk analisa gas darah, harus menggunakan suhu 4-8° C dalam air es bukan es batu sehingga tidak terjadi hemolisis. Harus segera sampai ke laboratorium dalam waktu sekitar 15-30 menit. Perubahan akibat tertundanya pengiriman sampel sangat mempengaruhi hasil laboratorium. Sebagai contoh penundaan pengiriman darah akan mengakibatkan penurunan kadar glukosa, peningkatan kadar kalium. Hal ini dapat mengakibatkan salah pengobatan pasien. Pada urin yang ditunda akan terjadi pembusukan akibat bakteri yang berkembang biak serta penguapan bahan terlarut misalnya keton. Selain itu nilai pemeriksaan hematologi juga berubah sesuai dengan waktu. Tabel berikut menggambarkan batas waktu maksimum yang diijinkan :
- Kadar hemoglobin stabil
- Jumlah leukosit
< align="center">BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1. Data pasien
Nama : Ny. R
Umur : 38 tahun
Alamat : Jln. Meranti No. XX
Keluhan : badan terasa lemah, pusing, kalau berdiri terasa mau pingsan.
Hasil Pemeriksaan Laboratorium : Hb 9,6 gr/dL.

3.2. Prosedur Pemeriksaan
a) Penerimaan pasien
 Menerima pasien di ruang laboratorium dan mempersilahkan pasien untuk duduk dihadapan pemeriksa.
 Meminta status pengantar pasien dari dokter yang merujuk untuk pemeriksaan laboratorium.
 Membaca pengantar pemeriksaan.
 Menanyakan keluhan pasien.
 Menanyakan Kartu Identitas Penduduk pasien, untuk tujuan pendokumentasian.
 Mempersiapkan alat dekat pasien.
 Memberitahukan pasien bahwa prosedur memerlukan pengambilan sample darah dengan menggunakan spuit 3 cc, dan jarum akan ditusukan pada pembuluh darah di tangan pasien.
 Membebaskan area yang akan di ditusukkan jarum suntik dari kain/lengan baju, meluruskan tangan pasien diatas meja pemeriksa.
 Pemeriksa mencuci tangan.
 Selanjutnya masuk dalam prosedur tindakan pemeriksaan haemoglobin cara Sahli.

3.3. Prosedur pemeriksaan haemoglobin cara Sahli
3.4. Pendokumentasian

BAB 4

PEMBAHASAN
4.1. Latar Belakang
Pada pendahuluan telah dikemukakan bahwa pemeriksaan laboratorium merupakan prosedur pemeriksaan khusus yang dilakukan pada pasien untuk membantu menegakan diagnosis.
Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim, perawat melakukan fugsi kolaboratif dalam memberikan tindakan.
Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa daari suatu penyakit/keluhan pasien.

4.2. Tinjauan teori
Sekumpulan pemeriksaan laboratorium yang dirancang untuk tujuan tertentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan risiko, memantau perkembangan penyakit, memantau pengobatan, dan lain-lain. Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan potensial membahayakan.
Pemeriksaan dasar yang juga merupakan proses General medical Check Up (GMC) meliputi : Hematologi Rutin, Urine Rutin, Faeces Rutin, Bilirubin Total, Bilirubin Direk, GOT, GPT, Fosfatase Alkali, Gamma GT, Protein Elektroforesis, Glukosa Puasa, Urea N, HBsAg, Kreatinin, Asam Urat, Cholesterol Total, Trigliserida, Cholesterol HDL, Cholesterol LDL-Direk.
Namun pada pemeriksaan laboratorium Puskesmas terdapat perbedaan dengan teori laboratorium Prodia yang merupakan laboratorium kesehatan swasta terbesar di Indonesia dan merupakan pusat rujukan General Medical Check Up (GMC) yang menggunakan pemeriksaan dengan teknologi yang cukup canggih dan modern. Di Puskesmas pemeriksaan umumnya dilakukan secara sederhana, meskipun demikian laboratorium puskesmas sudah dilengkapi dengan peralatan yang memadai dengan dilengkapi tenaga pemeriksa yang spesialis di bidang analis laboratorium, sehingga mutu hasil pemeriksaanpun tidak perlu diragukan lagi.
4) Pemeriksaan urine
 Derajat keasaman/pH
 Protein
 Bilirubin
 Glukosa
 HCG test/tes kehamilan
5) Pemeriksaan darah
 Haemoglobin/Hb cara Sahli
 Golongan darah
 Widal
 Malaria
6) Pemeriksaan sputum/dahak
 BTA (basil tahan asam).

Dalam pemeriksaan kesalahan pemeriksaan mungkin saja terjadi, sehingga akan mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu :
1) Faktor Pra instrumentasi : sebelum dilakukan pemeriksaan.
2) Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan ( analisa ) sample.
3) Faktor Pasca instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan.

4.3. Tinjauan Kasus
Nama : Ny. R
Umur : 38 tahun
Alamat : Jln. Meranti No. 138
Keluhan : badan terasa lemah, pusing, kalau berdiri terasa mau pingsan.
Hasil Pemeriksaan Laboratorium : Hb 9,6 gr/dL.
Dari data di atas dapat di dilihat bahwa Ny. S dengan keluhan ; badan terasa lemah, pusing, kalau berdiri terasa mau pingsan dicurigai menderita anemia dan dengan dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil Hb 9,6 gr/dL dapat didefinisikan Ny. S menderita anemia.
Untuk pencatatan dan pelaporan ditulis dalam buku pendokumentasian ruangan laboratorium dan lembar pengantar pasien untuk diserahkan kembali kepada dokter pemeriksa dengan tujuan terapi lanjutan atau pengobatan yang tepat pada kebutuhan pasien saat itu.
Dengan hasil pemeriksaan laboratorium inilah diagnosis dari keluhan – keluhan pasien ditegakkan, sehingga terapi yang diberikan efektif dan efisien.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari pendahuhuluan, tinjauan teori tinjauan kasus dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1) Pemeriksaan laboratorium merupakan prosedur pemeriksaan khusus yang dilakukan pada pasien untuk membantu menegakan diagnosis.
2) Sekumpulan pemeriksaan laboratorium yang dirancang untuk tujuan tertentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan risiko, memantau perkembangan penyakit, memantau pengobatan, dan lain-lain. Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan potensial membahayakan.
3) Di Puskesmas pemeriksaan umumnya dilakukan secara sederhana, meskipun demikian laboratorium puskesmas sudah dilengkapi dengan peralatan yang memadai dengan dilengkapi tenaga pemeriksa yang spesialis di bidang analis laboratorium, sehingga mutu hasil pemeriksaanpun tidak perlu diragukan lagi.
4) Pemeriksaan laboratorium Puskesmas meliputi : Pemeriksaan urine (Derajat keasaman/pH, Protein, Bilirubin, Glukosa, HCG test/tes kehamilan) ; Pemeriksaan darah (Haemoglobin/Hb cara Sahli, Golongan darah, Widal, Malaria) ; Pemeriksaan sputum/dahak (BTA/basil tahan asam).
5) Ny. S dengan keluhan ; badan terasa lemah, pusing, kalau berdiri terasa mau pingsan dicurigai menderita anemia dan dengan dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil Hb 9,6 gr/dL dapat didefinisikan Ny. S menderita anemia.
6) Setelah pemeriksaan dilakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan. Dokumentasi dibuat untuk pelaporan tindakan dan hasil tindakan benar telah dilakukan. Dokumentasi dibuat untuk bahan laporan pertanggungjawaban ruangan laboratorium puskesmas dan laporan hasil pemeriksaan kepada dokter yang menrujuk pasien ke laboratorium.

Saran
5.2.1. Bagi institusi pendidikan.
Diharapkan agar mahasiswa mendapatkan bimbingan yang lebih mendalam tentang fungsi dan peran mahasiswa perawat/perawat dalam proses pemeriksaan laboratorium, batasan tindakan, dan prosedur kolaboratif dalm pemeriksaan laboratorium.
5.2.2. Bagi institusi Puskesmas Panarung
Bagi institusi Puskesmas Panarung khususnya ruang laboratorium tetap di tingkatkan mutu pelayanan kesehatan dan pendokumentasian data hasil pemeriksaan kesehatan pasien, sehingga dapat menjadi tambahan pengetahuan dan bimbingan bagi mahasiswa dilahan praktek dalam melaksanakan proses keperawatan dan kolaboratif perawat dalam tindakan pemeriksaan laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Alimul A. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.
Pusat LABKES. 1997. Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas. Jakarta : Dit. Jen Binkesmas.
www.dokter.indo.net.id
www.prodia.co.id

ASKEP TRAUMA DADA

0 komentar

ASKEP TRAUMA DADA

TRAUMA THORAX / DADA
A. PENGERTIAN
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2002).
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothoraks, hematompneumothoraks (FKUI, 1995).
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999).
Di dalam toraks terdapat dua organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia, yaitu paru-paru dan jantung. Paru-paru sebagai alat pernapasan dan jantung sebagai alat pemompa darah. Jika terjadi benturan atau trauma pada dada, kedua organ tersebut bisa mengalami gangguan atau bahkan kerusakan (www.iwansain.wordpress.com).

B. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI
1) Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke mediastinum/daerah jantung.
2) Hematotoraks : disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau spontan
3) Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka rongga dada) ; iatrogenik (“pleural tap”, biopsi paaru-paru, insersi CVP, ventilasi dengan tekanan positif) (FKUI, 1995).

C. PATOFISIOLOGI
Tusukan/tembakan ; pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, ,spontan ->  Trauma dada ->1. Tamponade jantung -> Perdarahan dalam perikardium -> Nyeri akut -> Pengaliran darah kembali ke atrium -> Lambat tertolong dapat menyebabkan kematian.
2. Hematotoraks -> Perdarahan/syok -> Ketidakefektifan pola napas
3. Pneumothoraks ->Udara masuk kedalam rongga pleural ->Udara tidak dapat keluar -> Tekanan pleura meningkat.
1,2, & 3 dapat menyebabkan Ketidakefektifan pola napas.

D. MANIFESTASI KLINIS
1) Tamponade jantung :
 Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus jantung.
 Gelisah.
 Pucat, keringat dingin.
 Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).
 Pekak jantung melebar.
 Bunyi jantung melemah.
 Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure.
 ECG terdapat low voltage seluruh lead.
 Perikardiosentesis keluar darah (FKUI, 1995).
2) Hematotoraks :
 Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD.
 Gangguan pernapasan (FKUI, 1995).
3) Pneumothoraks :
 Nyeri dada mendadak dan sesak napas.
 Gagal pernapasan dengan sianosis.
 Kolaps sirkulasi.
 Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang terdengar jauh atau tidak terdengar sama sekali.
 pada auskultasi terdengar bunyi klik (Ovedoff, 2002).
Jarang terdapat luka rongga dada, walaupun terdapat luka internal hebat seperti aorta yang ruptur. Luka tikaman dapat penetrasi melewati diafragma dan menimbulkan luka intra-abdominal (Mowschenson, 1990).

E. KOMPLIKASI
1) Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.
2) Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema pembedahan.
3) Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur klep jantung.
4) Pembuluh darah besar : hematothoraks.
5) Esofagus : mediastinitis.
6) Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal (Mowschenson, 1990).

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Radiologi : foto thorax (AP).
2) Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.
3) Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
4) Hemoglobin : mungkin menurun.
5) Pa Co2 kadang-kadang menurun.
6) Pa O2 normal / menurun.
7) Saturasi O2 menurun (biasanya).
8) Toraksentesis : menyatakan darah/cairan,

G. PENATALAKSANAAN
1) Darurat
 Anamnesa yang lengkap dan cepat. Anamnesa termasuk pengantar yang mungkin melihat kejadian. yang ditanyakan :
• Waktu kejadian
• Tempat kejadian
• Jenis senjata
• Arah masuk keluar perlukaan
• Bagaimana keadaan penderita selama dalam transportasi.
 Pemeriksaan harus lengkap dan cepat, baju penderita harus dibuka, kalau perlu seluruhnya.
• Inspeksi :
- Kalau mungkin penderita duduk, kalau tidak mungkin tidur. Tentukan luka masuk dan keluar.
- Gerakkan dan posisi pada akhir inspirasi.
- Akhir dari ekspirasi.
• Palpasi :
- Diraba ada/tidak krepitasi
- Nyeri tekan anteroposterior dan laterolateral.
- Fremitus kanan dan kiri dan dibandingkan.
• Perkusi :
- Adanya sonor, timpanis, atau hipersonor.
- Aadanya pekak dan batas antara yang pekak dan sonor seperti garis lurus atau garis miring.
• Auskultasi :
- Bising napas kanan dan kiri dan dibandingkan.
- Bising napas melemah atau tidak.
- Bising napas yang hilang atau tidak.
- Batas antara bising napas melemah atau menghilang dengan yang normal.
- Bising napas abnormal dan sebutkan bila ada.
 Pemeriksaan tekanan darah.
 Kalau perlu segera pasang infus, kalau perlu s yang besar.
 Pemeriksan kesadaran.
 Pemeriksaan Sirkulasi perifer.
 Kalau keadaan gawat pungsi.
 Kalau perlu intubasi napas bantuan.
 Kalau keadaan gawat darurat, kalau perlu massage jantung.
 Kalau perlu torakotomi massage jantung internal.
 Kalau keadaan stabil dapat dimintakan pemeriksaan radiologik (Foto thorax AP, kalau keadaan memungkinkan).

2) Therapy
 Chest tube / drainase udara (pneumothorax).
 WSD (hematotoraks).
 Pungsi.
 Torakotomi.
 Pemberian oksigen.

MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).
Pengkajian pasien dengan trauma thoraks (. Doenges, 1999) meliputi :
 Aktivitas / istirahat
Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
 Sirkulasi
Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops, nadi apical berpindah, tanda Homman ; TD : hipotensi/hipertensi ; DVJ.
 Integritas ego
Tanda : ketakutan atau gelisah.
 Makanan dan cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.
 Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri uni laterl, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam dan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu dan abdomen.
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan wajah.
 Pernapasan
Gejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit paru kronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar, keganasan ; pneumothoraks spontan sebelumnya, PPOM.
Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun atau tak ada ; fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakkkan dada tidak sama ; kulit pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ; mental ansietas, bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.
 Keamanan
Geajala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk kkeganasan.
 Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah intratorakal/biopsy paru.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan.
2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow drainage.
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
6. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder terhadap trauma.

C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).
Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan trauma thorax (Wilkinson, 2006) meliputi :
1) Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal karena trauma.
Tujuan : Pola pernapasan efektive.
Kriteria hasil :
o Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive.
o Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
o Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.
Intervensi :
 Berikan posisi yang nyaman, biasanya dnegan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
 Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.
R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebgai akibat stress fifiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.
 Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
 Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
 Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.
 Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 – 2 jam :
1) Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar.
R/ Mempertahankan tekanan negatif intrapleural sesuai yang diberikan, yang meningkatkan ekspansi paru optimum/drainase cairan.
2) Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas yang ditentukan.
R/ Air penampung/botol bertindak sebagai pelindung yang mencegah udara atmosfir masuk ke area pleural.
3) Observasi gelembung udara botol penempung.
R/ gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari penumotoraks/kerja yang diharapka. Gelembung biasanya menurun seiring dnegan ekspansi paru dimana area pleural menurun. Tak adanya gelembung dapat menunjukkan ekpsnsi paru lengkap/normal atau slang buntu.

4) Posisikan sistem drainage slang untuk fungsi optimal, yakinkan slang tidak terlipat, atau menggantung di bawah saluran masuknya ke tempat drainage. Alirkan akumulasi dranase bela perlu.
R/ Posisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan bekuan/cairan pada selang mengubah tekanan negative yang diinginkan.
5) Catat karakter/jumlah drainage selang dada.
R/ Berguna untuk mengevaluasi perbaikan kondisi/terjasinya perdarahan yang memerlukan upaya intervensi.
 Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
1) Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.
 Pemberian antibiotika.
 Pemberian analgetika.
 Fisioterapi dada.
 Konsul photo toraks.
R/ Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

2) Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
Tujuan : Jalan napas lancar/normal
Kriteria hasil :
• Menunjukkan batuk yang efektif.
• Tidak ada lagi penumpukan sekret di sal. pernapasan.
• Klien nyaman.
Intervensi :
 Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.
R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
 Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.
1) Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
2) Lakukan pernapasan diafragma.
R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar.
3) Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut.
4) Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.
R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi sekret.
 Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.
 Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.
 Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.
R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.
 Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.
 Pemberian expectoran.
 Pemberian antibiotika.
 Fisioterapi dada.
 Konsul photo toraks.
R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
3) Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
• Nyeri berkurang/ dapat diadaptasi.
• Dapat mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan/ menurunkan nyeri.
• Pasien tidak gelisah.
Intervensi :
 Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasif.
R/ Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
1) Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase.
R/ Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya.
2) Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
R/ Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan.
 Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.
R/ Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan.
 Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung.
R/ Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya. Dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
 Kolaborasi denmgan dokter, pemberian analgetik.
R/ Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang.
 Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 - 2 jam setelah tindakan perawatan selama 1 - 2 hari.
R/ Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang obyektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat.

4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow drainage.
Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria Hasil :
• tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
• luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
• Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi :
 Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
R/ mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat.
 Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.
R/ mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi.
 Pantau peningkatan suhu tubuh.
R/ suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan.
 Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas.
R/ tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi.
 Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.
R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya.
 Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.
R/ balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi.
 Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
R/ antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi.

5) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
Kriteria hasil :
• penampilan yang seimbang..
• melakukan pergerakkan dan perpindahan.
• mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :
 0 = mandiri penuh
 1 = memerlukan alat Bantu.
 2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran.
 3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.
 4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.
Intervensi :
 Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.
R/ mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
 Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.
R/ mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.
 Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.
R/ menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.
 Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.
R/ mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
 Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.
R/ sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

6) Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder terhadap trauma.
Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.
Kriteria hasil :
• tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
• luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
• Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi :
 Pantau tanda-tanda vital.
R/ mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat.
 Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
R/ mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen.
 Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.
R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
 Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.
R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi akibat terjadinya proses infeksi.
 Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
R/ antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.

D. EVALUASI
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, Christine. 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan trauma thorax/dada adalah :
1) Pola pernapasan efektive.
2) Jalan napas lancar/normal
3) Nyeri berkurang/hilang.
4) Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
5) pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal
6) infeksi tidak terjadi / terkontrol

DAFTAR PUSTAKA
Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit. EGC : Jakarta.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Binarupa Aksara : Jakarta
Hudak, C.M. 1999. Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.
Mowschenson, Peter M. 1990. Segi Praktis Ilmu Bedah Untuk pemula. Edisi 2. Binarupa Aksara : Jakarta.
Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC. Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8 Vol.3. EGC : Jakarta.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.
www.iwansain.wordpress.com

ASKEP GADAR PERDARAHAN

0 komentar

ASKEP GADAR PERDARAHAN

Definisi 
 Perdarahan terjadi jika pembuluh darah putus atau pecah.
 Perdarahan luar
 Perdarahan dalam
 Perdarahan hebat, dapat membahayakan shock hipovolemik 
 Klafisikasi : perdarahan kapiler, perdarahan arteri, perdarahan vena.

Asuhan Keperawatan
Pengkajian


  • Pengkajian ABCD, pucat, kulit dingin dan lembab, tekanan darah turun, nadi cepat tapi lemah, nafas dalam dan cepat, menurunnya produksi urine.
  • Diagnosa keperawatan
  • Kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan darah aktif.
  • Penurunan kardiak output berhubungan dengan penurunan preload, kehilangan darah.
  • Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan kehilangan darah.
  • Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan perfusi otak. 


  • Tujuan keperawatan 
     Mengontrol perdarahan.
     Mempertahankan volume darah sirkulasiadekuat untuk oksigenasi.
     Mencegah shock.


    Penatalaksanaan kedaruratan 
    Potong baju pasien untuk mengidentifikasi area perdarahan dan lakukan pengkajian fisik dengan cepat.

     Beri penekanan pada area perdarahan.
    • Penekanan langsung
    Tekan langsung area perdarahan dengan telapak tangan atau menggunakan pembalut atau kainyang bersih selama kurang lebih 15 menit, dan pasang balutan tekanan kuat.
    • Penekanan arteri 
    Penekanan dilakukan pada ujung arteri yang sesuai (ujung dimana arteri ditekan melawan tulang yang berada dibawahnya).
    Enam titik utama penekanan 
     Arteri temporalis : pada daerah depan masing-masing telinga dan dapat ditekan pada tulang tengkorak.
     Arteri fasialis : terletak dibawah dagu dan 2,5 cm sebelah dalam dagu.
     Arteri karotis komunis : pada sisi samping trachea. Saat dilakukan tekanan observasi pernapasan pasien dan tidak boleh pada kedua arteri karotis dalam waktu bersamaan.
     Arteri subklavia : terletak dibawah kedua sisi klavikula (tulang collar). Penekanan harus dilakukan pada posisi melintang dibelakang dan kira – kira setengah panjang klavikula.
     Arteri brakhialis : pada pertengahan antara siku dan bahu, terletak pada daerah yang lebih dalam dari lengan atas antara otot biseps dan triseps.
     Arteri femoralis : dapat dirasakan pada lipat paha. 
    • Torniket 
     Pemasanagan torniket pada ekstremitas hanya sebagai upaya terakhir ketika perdarahan tidak dapat dikontrol dengan metode lain.
     Torniket dipasang tepat proksimal dengan luka ; torniket cukup kencang untuk mengontrol aliran darah arteri.
     Berikan tanda pada kulit pasien dengan pulpen atau plester dengan tanda T, menyatakan lokasi dan waktu pemasangan torniket.
     Longgarkan torniket sesuai petunjuk untuk mencegah kerusakan vascular atau neurologik. Bila sudah tidak ada perdarahan arteri, lepasakan torniket dan coba lagi balut dengan tekanan.
     Pada kejadian amputasi traumatic, jangan lepaskan torniket sampai pasien masuk ruang operasi.
     Tinggikan atau elevasikan bagian yang luka untuk memperlambat mengalirnya darah.
     Baringkan korban untuk mengurangi derasnya darah keluar.
     Berikan cairan pengganti sesuai saran, meliputi cairan elektrolit isotonic, plasma atau protein plasma, atau terapi komponen darah (bergantung perkiraan tipe dan volume cairan yang hilang).
    • Darah segar diberikan bila ada kehilangan darah massif.
    • Tamabahan trombosit dan factor pembekuan darah diberikan ketika jumlah darah yang besar diperlukan karena darah penggantian kekurangan factor pembekuan.
     Lakukan pemeriksaan darah arteri untuk menentukan gas darah dan memantau tekanan hemodinamik.
     Awasi tanda – tanda shock atau gagal jantung karena hipovolemia dan anoksia.


    REFERENSI 
    Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Ed.8 Vol.3. EGC : Jakarta.
    Hudak, Carolyn M. 1996. Keperawatan Kritis-Pendekatan holistic, Ed. 6. Vol. 2. EGC : Jakarta.
    Pusponegoro, A.D. Dkk . Buku Panduan Penanggulangan Penderita gawat Darurat. Ambulance 118 : Jakarta.
    Skeet, Muriel. 1995. Tindakan paramedic Terrhadap Kegawatan dan Pertolongan Pertama, Ed. 2. EGC : Jakarta.

    HAEMOGLOBIN (Hb)

    0 komentar

    HAEMOGLOBIN (Hb)

    Haemoglobin adalah kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi. Kompleks tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul haemoglobin memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat rantai globin. Terdapat beberapa bentuk haaemoglobin : tipe fetal (HbF)  dan dua bentuk utama haemoglobin dewasa (HbA1 dan HbA2). Haemoglobin membawa oksigen, sebagian karbondioksida dan mendapat perubahan pH.
    Glycosylated haemoglobin (HbA1) ---> kadar HbA1 menunjukkan kadar gula darah selama periode beberapa bulan dan dapat digunakan untuk menilai derajat pengendalian pada Diabetes mellitus.
    Nilai normal Hb untuk laki-laki adalah 13 gr% - 18 gr%, dan untuk wanita adalah 11,5 gr% - 16,5 gr% (Brooker, 2001).

    Haemoglobin adalah Sebuah substansi didalam sel darah merah (erithrocyte) dan tanggung jawab masing-masing warna, terdiri dari pigmen haeme (zat besi - berisi porphyrin) terkait dengan protein globin. Haemoglobin memiliki sifat unik dapat menyatu dengan oksigen dan merupakan pengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Haemoglobin membawa oksigen dalam aliran darah melewati paru-paru dan bersama dengan darah sampai ke jaringan tubuh. Darah biasanya mengandung 12-18 g / dl dari hemoglobin.


    Myohaemoglobin : zat besi - yang mengandung protein, menyerupai hemoglobin, ditemukan dalam sel otot. Seperti hemoglobin yang berisi kumpulan haeme. Ikatan yang mengandung oksigen, bertindak sebagai reservoir oksigen di dalam serabut otot .

    Oxyhaemoglobin : substansi darah merah dibentuk bila pigmen hemoglobin dalam sel darah merah menyatu kembali dengan oksigen. Oxyhaemoglobin adalah bentuk oksigen yang diangkut dari paru-paru ke sel-sel, di mana oksigen dilepaskan.

    Methahaemoglobin : substansi yang dibentuk apabila atom besi dari pigmen hemoglobin darah telah mengoksidasi dari ferrous ke bentuk ferric (bandingkan oxyhaemoglobin). Methahaemoglobin yang tidak dapat mengikat oksigen molekular dan karenanya tidak dapat mentransportasi oksigen ke seluruh tubuh. Keberadaan methahaemoglobin dalam darah (methahaemoglobinaemia) mungkin akibat menelan zat oksid dari narkoba atau dari warisan keabnormalan dari molekul hemoglobin. Gejala - gejala termasuk kelelahan, sakit kepala, pusing dan cyanosis (oxford electric medical dictionary).

    Referensi :
    Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan.EGC  : Jakarta.
    oxford electric medical dictionary (Indonesian Translete by Patriani)

    English Version

    Haemoglobin is the pigment-protein complex that contains iron. Complex is red and there is the eritrosit. A haemoglobin molecule has four haeme group which contains iron and fero four globin chains. There are several forms of haaemoglobin: type fetal (HbF) and the two main forms of adult haemoglobin (HbA1 and HbA2). Haemoglobin takes oxygen, some carbon dioxide and the pH changes. Glycosylated haemoglobin (HbA1) ---> HbA1 level indicates the blood sugar over a period of several months and can be used to assess the degree of control on Diabetes mellitus. Hb normal value for men is 13% gr - 18 gr%, and for women is gr 11.5% - 16.5 gr% (Brooker, 2001).

    Haemoglobin is a substance contained within the red blood cell (erithrocyte) and responsible for their colour, composed of the pigment haem (an iron - containing porphyrin) linked to the protein globin. Haemoglobin has the unique property of combining reversibly with oxygen and is the medium by which oxygen is transported within the body. it take up oxygen as blood passes through the lungs and releases it as blood passes through the tissues. Blood normally contains 12-18 g/dl of haemoglobin.

    Myohaemoglobin : an iron – containing protein, resembling haemoglobin, found in muscle cell. Like haemoglobin it contains a haem group. Which binds reversibly with oxygen, and so acts as an oxygen reservoir within the muscle fibres.

    Oxyhaemoglobin : the bright – red substance formed when the pigment haemoglobin in red blood cell combines reversibly with oxygen. Oxyhaemoglobin is the form in which oxygen is transported from the lungs to the tissues, where the oxygen is released.

    Methahaemoglobin : a substance formed when the iron atoms of the blood pigment haemoglobin have been oxidized from the ferrous to the ferric form (compare oxyhaemoglobin). The methahaemoglobin cannot bind molecular oxygen and therefore it cannot transport oxygen round the body. The presence of methahaemoglobin in the blood (methahaemoglobinaemia) may result from the ingestion of oxidizing drugs or from an inherited abnormality of the haemoglobin molecule. Symtomps include fatigue, headache, dizziness and cyanosis (oxford electric medical dictionary).

    Japanese Version

    モ グロビンは鉄を含んでいる顔料蛋白質の複合体である。 複合体は赤く、eritrositがある。 ヘモグロビンの分子に鉄およびferoを4つのglobinの鎖含んでいる4つのhaemeのグループがある。 haaemoglobinの複数の形態がある: 胎児タイプ(HbF)および大人のヘモグロビンの2つの主要な形態(HbA1およびHbA2)。 ヘモグロビンは酸素、二酸化炭素およびpH変更を取る。 Glycosylatedヘモグロビン(HbA1) ---> HbA1レベルは数月一定期間に渡って血糖を示し、糖尿病mellitusの制御のある程度を査定するのに使用することができる。 人のためのHbの正常な価値は13% gr -女性のための18 gr%、gr 11.5%はあり- 16.5 gr%である。(Brooker, 2001).

    ヘモグロビンです 物質は、赤血球( erithrocyte )とその色は、色素裾(鉄-ポルフィリンを含む)は、タンパク質のグロビンにリンクに含まれる構成を担当。可逆ヘモグロビンの酸素と結合しているとのユ ニークな特性は、酸素が体内の酸素運搬されている媒体です。血液が肺を通過すると、血液の組織を通過するとしても酸素をリリースする。血液は通常12から 18グラム/ヘモグロビンのライブラリが含まれて.

    Myohaemoglobin: 鉄-ヘモグロビンに類似している蛋白質を含んでいて筋肉細胞で見つけた。 ヘモグロビンのようにそれはhaemグループを含んでいる。 、および従ってリバーシブルに結合するかどれが酸素と機能する筋繊維内の酸素の貯蔵所として。

    Oxyhaemoglobin: 明るい – 赤物質、色素ヘモグロビン赤い血のセルに組み合わせた可逆的酸素とを形成します。 Oxyhaemoglobin はで酸素に運ばれる、肺から、組織、酸素が解放されます。

    Methahaemoglobin: 物質形成を ferric フォーム (比較 oxyhaemoglobin) に、鉄原子血液色素ヘモグロビンが、鉄から酸化されている場合。 methahaemoglobin、酸素の分子をバインドできませんおよびラウンド、身体の酸素をトランスポートとことはできませんしたがってします。 ヘモグロビン分子の遺伝的異常から、または、経口摂取の薬物を酸化剤から methahaemoglobin (methahaemoglobinaemia)、血液中の存在があります。 Symtomps には、疲労、頭痛、めまい、および cyanosis が含まれます。(oxford electric medical dictionary) 

    参照 
    Brooker, Christine。 2001。 Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakaruta. 
    oxford 電気医療辞書 (日本語翻訳 Translete.Net によって)

    Cara mengatasi Error code 0x80070422 Pada Windows 7

    0 komentar

    Cara mengatasi Error code 0x80070422 Pada Windows 7 "Tutorial Windows 7"

     
    Cara mengatasi Error code 0x80070422 Pada Windows 7 "Tutorial Windows 7" - Di antara error yang pernah ditemui dalam windows 7, code error 0x80070422 merupakan error yang paling sering ditemui. Baca juga Cara menghilangkan Label pada Icon Desktop di Windows 7 .

    Code error tersebut mengacu pada ketidakmampuan Windows untuk menjalankan service Windows Update sehingga komputer tidak bisa terkoneksi dengan server di Microsoft. untuk mengatasi error tersebut, sebenarnya anda hanya perlu mengubah setting yang berkenaan dengan update service. untuk lebih jelasnya, silakan ikuti langkah-langkah berikut ini.

    • Tik "Admin" (tanpa tanda kutip) pada Start Menu > Search programs and files kemudian pilih Administrative Tools pada hasil pencarian di atasnya.
    • Pada jendela Administrative Tools, klik ganda shortcut Services.
    • Pada jendela Services, pada panel sebelah kanan, cari dan temukan item bernama Windows Update. kemudian, kilk kanan item tersebut dan pilih perintah Properties pada tampilan menu yang muncul.
    • Pada jendela Windows Update Properties (Local Computer) yang muncul, pilih tab General. Di StartUp Type, jika nilainya Di sabled, itulah penyebab error-nya. Oleh karena itu, ubah nilainya menjadi Automatic (delayed Start). kemudian, klik tombol OK.
    • Selesai....

    Semoga informasi singkat di atas bermanfaat dan salam sukses...

    Cara Menghilangkan Jerawat dan Bekas Jerawat Secara Alami

    0 komentar
    Cara menghilangkan Jerawat - Bagi kamu yang mengutamakan penampilan,  tentu masalah munculnya  jerawat di wajah tentu sangat menjengkelkan , terlebih lagi jika banyak bekas jerawat yang di tinggalkan terkadang membuat krisis percaya diri penderitanya. Satu hal yang pasti usaha untuk mengatasi penyakit ini sudah banyak yang membahas nya mulai dari metode ilmiah sampe ke tradisional, nah yang ingin saya sampaikan disini sebelum kita mencari tahu solusi untuk mengatasi dan menghilangkan jerawat ada baiknya kita mengetahui lebih dulu penyebab dan jenis – jenis jerawat yang datang menghampiri anda agar kita bisa mencegahnya datang kembali dan menghilangkan bekas jerawat yang di tinggalkan.
    Penyebab Jerawat
    1. Adanya sumbatan lapisan kulit mati pada pori-pori yang terinfeksi.
    2. Produksi minyak oleh Kelenjar minyak yang terlalu berlebihan.
    3. Faktor keturuan / genetik
    4. Faktor hormonal ketika seorang anak menginjak remaja (masa puber).
    5. Adanya iritasi kulit.
    6. Sedang mengalami stress.
    7. Menggunakan alat kontrasepsi seperti Pil KB, dan lain sebagainya.
    Jenis – Jenis Jerawat
    1. Jerawat Klasik (Jerawat biasa)
    Tampilannya mudah dikenali yaitu tonjolan kecil berwarna pink atau kemerahan. Penyebab umumnya adalah stres, hormon dan udara lembap pemicu kulit memproduksi minyak yang menjadi tempat berkembang biaknya bakteri. Akibatnya pori-pori tersumbat karena terinfeksi dengan bakteri.
    Pencegahan Dan  Pengobatan
    Gunakan sabun wajah yang mengandung benzoyl-peroxida, atau sabun sulfur untuk membunuh bakteri-bakteri penyebab jerawat.Bila dengan obat jerawat yang dijual bebas tidak berhasil, pergilah ke dokter kulit untuk memeriksakannya sekaligus mendapatkan resep obat jerawat yang mengandung vitamin A derivatif seperti Retin-A.
    Untuk mengurangi peradangan dan membunuh bakteri, pakailah obat jerawat yang mengandung benzoyl-peroksida.
    Salep obat yang mengandung antibiotik seperti Garamicyn (bisa dibeli bebas) salah satunya, bisa dicoba. Salep ini bisa membunuh bakteri dan mengurangi pembengkakan juga peradangan.
    2. Jerawat Batu/Jerawat Jagung
    Bentuknya besar dengan tonjolan yang meradang hebat, berkumpul hampir di seluruh area wajah (berbeda dengan jerawat biasa yang terdapat hanya di salah satu bagian wajah). Jerawat ini sering membuat penderitanyah hilang kepercaan diri.
    Pencegahan Dan  Pengobatan
    Percuma saja bila Anda menggunakan obat – obat jerawat yang dijual bebas karena tidak akan mampu menangani jerawat jenis ini. Anda harus berkonsultasi pada dokter kulit untuk mengobatinya. Untuk jerawat batu yang hanya satu-dua, penyembuhan yang efektif adalah meminta dokter kulit menyuntik jerawat dengan cortisone, yang membuat jerawat ini sembuh dalam waktu 48 jam.

    Cara Menghilangkan Bekas Jerawat
    Ada beberapa tips alami di bawah ini yang bisa anda coba salah satunya, yaitu:
    Cara 1 : Ambil sepotong ubi kayu. Kupas kulitnya. Buang kulitnya. Bersihkan. Parutkan. Perah untuk dapatkan airnya. Sapukan air perahan pada muka anda yang ada bekas jerawat. Lakukan setiap hari selama seminggu.
    Cara 2 : Tumbuk beberapa batang kulit kayu manis dan jadikan serbuk. Campurkan dengan sedikit air. Sapukan pada bekas jerawat. Lakukan selama seminggu.
    Cara 3 : Ambil 10 helai daun sireh muda, Bersihkan dan tumbuk lumat. Muka hendaklah dibersihkan dengan air suam dan sapukan sireh pada muka terutama di bagian bekas jerawat. Biarkan kira-kira setengah jam atau hingga kering. Cuci muka bersih-bersih dan lap kering. Lakukan 3 kali seminggu.
    Cara 4 : Asah kulit kayu manis dan campurkan dengan madu lebah. Tempelkan pada muka yang meninggalkan bekas jerawat setiap malam. Esoknya, cucilah dengan air suam/hangat kuku.
    Cara 5 : sebelum mandi, usapkanlah kulit pisang klutuk (batu) yang sudah matang pada kulit wajah. Biarkan sekitar 10 menit, seolah-olah anda sedang dimasker. Setelah itu bilas dengan air teh basi, dan baru mandi, atau cara kedua adalah dengan menghaluskan biji pinang tua, campur dengan air mawar.
    Info – info diatas di kumpulkan dari berbagai sumber semoga bisa memberi hasil bagi anda yang sedang mencari solusi menyelesaikan masalah yang di timbulkan dari bekas jerawat.

    Cara Mencegah Rambut Rontok Secara Alami

    0 komentar
    Cara Mencegah Rambut Rontok Secara Alami. Rambut merupakan mahkota bagi pria dan wanita. Jadi tidak rela rasanya ketika rambut mulai mengalami kerontokan. Bagi sebagian orang memanfaatkan cara modern yaitu menggunakan bahan-bahan kimia yang mungkin berbahaya untuk kesehatan. Nah untuk itulah lebih baik menggunakan produk alami untuk menghentikan kerontokan daripada melakukan perawatan mahal di salon, yang belum tentu menyelesaikan masalah Anda.

    Berikut ada tips mencegah rambut rontok menggunakan 'produk' alami yang disarikan dari Timesofindia.

    Pengobatan minyak panas

    Gunakan minyak alami, seperti zaitun, kelapa, canola dan panaskan sehingga hangat, tapi tidak terlalu panas. Pijat dengan lembut ke kulit kepala Anda. Hangatkan dengan handuk dan biarkan selama satu jam, lalu keramasi rambut Anda.

    Jus alami

    Anda dapat menggosok kulit kepala Anda dengan jus bawang putih, jus bawang atau jus jahe. Biarkan saja semalam dan cucilah seluruhnya di pagi hari.

    Pijat kepala

    Memijat kulit kepala Anda selama beberapa menit setiap hari akan membantu merangsang sirkulasi. Sirkulasi yang baik di kulit kepala menjaga folikel rambut yang aktif. Sirkulasi dapat diperbaiki melalui pijat dengan menggunakan beberapa tetes minyak esensial lavender atau almond atau minyak wijen.

    Antioksidan

    Terapkan teh hijau hangat (dua kantong diseduh dalam satu cangkir air) pada kulit kepala Anda dan biarkan campuran ini selama satu jam dan kemudian bilas. Teh hijau mengandung antioksidan yang mencegah rambut rontok dan meningkatkan pertumbuhan rambut.

    Meditasi

    Percaya atau tidak, sebagian besar akar penyebab rambut rontok adalah stres dan ketegangan. Meditasi dapat membantu dalam mengurangi itu dan mengembalikan keseimbangan hormon.

    Itulah beberapa tips Cara Mencegah Rambut Rontok. Tips lain yang bisa anda baca yaitu menghilangkan jerawat. Semoga bermanfaat.